Entri Populer

Senin, 06 April 2009

ALLAH KAYA KOK...


Setiap pagi ketika ayam berkokok maka matahari kemudian muncul, begitu berulang setiap hari sampai ekarang. Sebelum mentari pagi terbit selalu didahului koko ayam jago. Tetapi apakah ayam jago yang menyebabkan matahari terbit.?

Ketika kita sakit, kita pun meminum obat merek tertentu. Dan alhamdulillah dapat sembuh. Tetapi apakah obat yang menyembuhkan.?

Ketika kita lapar, kita pun mengambil nasi untuk makan. Dan alhamdulillah kita kenyang.

Tetapi apakah nasi yang telah megenyangkan kita.?

Masih banyak kejadian-kejadian yang kita hadapi, dan peristiwa itu berulang terus menerus. Kalau kita keliru memahami kejadian yang berulang terus menerus itu akan menciptakan mind set yang keliru pada kita.

Keyakinan yang keliru, sebagaimana sang Bayi yang telah keliru memandang rezeki yang Allah karuniakan, ketika masih di dalam kandungan. Allah menjamin makanan Bayi melalui plasenta sang Ibu. Selama sembilan bulan semua kebutuhan makanan Bayi terpenuhi hanya melalui tali plasenta. Maka timbul keyakinan dari sang Bayi bahwa tanpa plasenta hidupnya akan kiamat, karena tidak dapat makan lagi. Keyakinan ini wajar karena setiap hari ia makan melalui plasenta. Sebuah keyakinan yang salah...

Allah membuktikan kekuasaannya, Allah kuasa untuk menjamin rezeki setiap hambanya. Untuk meluruskan keyakinan sang Bayi tentang ke-Maha Kaya-an Allah, ketika bayi lahir ke dunia pertama kali yang diputuskan adalah plasenta sang Ibu. Secara logika Bayi, kalau jalan rezekinya dipotong bagaimana ia bisa hidup. Padahal Allah mampu memberi rezeki dari arah yang tiada disangka hambanya.

Sungguh ketika satu jalan rezeki tertutup, sebenarnya Allah telah sediakan dua jalan rezeki yang lain. Satu tali plasenta terputus, Allah telah sediakan dua air susu dari sang Bunda.

Sungguh ketika dua jalan Rezeki tertutup, sebenarnya Allah telah sediakan empat jalan rezeki yang lain. Dua air susu sang bunda telah berhenti, dan Allah telah sediakan empat sumber, makanan dari hewan (daging) dan tumbuhan (nasi) serta minuman dari hewan (susu) dan tumbuhan (air yang tersimpan dalam tumbuhan, bisa juga air kelapa).

Sungguh ketika empat jalan rezeki itu telah tertutup, semoga Allah bukakan delapan pintu rezeki di akhirat (ada delapan pintu surga). Semoga saja..



hmmm....jangan-jangan kita masih seperti bayi...
Sayalah yang menjamin rezeki keluarga saya, batin kita saat ini. Ketika kita merasa mampu menafkahi keluarga. Setiap hari kita kerja dan dari kerja itu kita mendapat gaji, maka timbul keyakinan bahwa kerja sayalah yang menjamin rezeki keluarga. Kadang kita menafikkan Allah, bahwa kita hanyalah kran rezeki bagi keluarga.

Surabaya, 06 April 2009

21:54

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Begitu semakin terasa betapa aku bukan apa-apa...bntu nduke agar sll dlm bingkai keimanan ya mas...