Pernikahan adalah peribadahan yang kita harapkan terjadi satu kali dalam seumur hidup, tetapi mampukah kita memaksimalkan peribadatan itu dengan benar-benar mengikuti jalan Allah.? Seringkali kita melupakan walymatul ursy, dan kita pun sibuk dengan pesta di gedung mewah dengan tingkat kemubaziran yang tinggi.
Alasan memuliakan tamu telah menjadikan kita memberi ‘label’ pada manusia, ada tamu VVIP dan ada tamu kelas ekonomi. Haruskah itu terjadi hanya untuk memuaskan keinginan-keinginan kita agar dilihat oleh orang lain. Bahwa kita golongan orang yang wah. Sungguh di hadapan Allah tiada orang yang lebih mulia, kecuali dalam ketakwaannya.
Seorang sahabat mengeluh tentang biaya pernikahan yang harus tinggi, bahkan sempat ia berniat membatalkan pernikahan, hanya karena tuntutan gengsi tidak mampu mengadakan acara yang mewah di gedung. Haruskah ia menuda pernikahan hanya karena alasan menabung untuk maksud memenuhi gengsi saja.?
Kita kadang melupakan perbedaan wasilah dan ghayah, bahwa dalam hidup ini ada jalan dan ada tujuan. Seandainya ke
Pesta pernikahan bukanlah suatu tujuan, karena yang paling utama adalah peribadahan nikah. Islam menuntun adanya walimatul ursy, tetapi bukan penyelenggaraan acara yang dimonopoli kaum tertentu sehingga kita melupakan saudara kita yang mungkin masih kekurangan. Haruskah kita standing party dengan memubazirkan makanan, sedang disamping rumah masih ada saudara kita yang kelaparan.
Pernikahan sebenarnya bukanlah tujuan akhir, karena setelah ijab qabul sepasang suami istri akan diberi banyak pelajaran tentang kehidupan. Akankah uang yang ditabung selama ini dihabiskan dalam satu momen pesta pernikahan? Padahal masih banyak hal yang harus dilalui oleh sepasang suami istri.
Sungguh kesederhanaan bukanlah suatu kemiskinan, kesederhanaan adalah kekuatan untuk menahan dari segala keinginan-keinginan, padahal kita ada kemampuan untuk memenuhi keinginan-keinginan itu. Dengan uang
Pernikahan adalah peribadahan, dan setiap peribadahan hanyalah milik Allah dan harus sesuai dengan jalan Rasulullah. Kalau njenengan mempunyai jalan lain selain jalan itu haruskah saya mengikuti.??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar