IBUKU
Seseorang yang telah mewaqafkan hidupnya untuk keluarga adalah ibuku, sampai akhir hidupnya penuh dengan pengorbanan, dan aku hanya bisa menghiburnya dengan cerita-cerita tentang kehidupanku yang lebih baik. Berharap ibu bangga, bahwa pengorbanannya tidak sia-sia untuk anaknya.
Kini tidak ada lagi yang mencemaskanku, tetapi ketika rasa itu hilang bukan malah membuatku berani untuk berbuat semauku. Ketika rasa itu hilang aku juga telah kehilangan Ibuku, karena dari dialah rasa itu ada. Ibu yang selalu mencemaskan setiap gerak anaknya, walaupun aku sendiri telah mempunyai anak. Ibu yang selalu mencemaskan anaknya, bahkan untuk batuk kecil ketika aku telepon, telah menjadikan kecemasan luar biasa ibuku. Tetapi itulah Ibu…aku merindukan kecemasan itu lagi…
….
Pernah aku membuat kecewa ibu, ketika hujan deras di malam ramadhan, sehabis shalat tarawih aku telah membuat janji dengan teman belajar kelompokku untuk membahas PR di masjid. Serasa pas karena kami tidak perlu pulang lebih dulu, selain karena hujan kami telah membawa buku-buku kami. Setengah jam berlalu dan hujan tidak menunjukkan untuk berhenti. PR masih belum selesai, ketika kami asyik belajar dan bergurau, di pintu masjid seorang ibu dengan basah kuyup membawa payung menunggu anaknya selesai belajar. Itulah Ibuku….aku tidak memberi tahu sebelumnya kepada Ibu kalau aku pulang terlambat karena mau mengerjakan PR dulu…dan Ibu telah cemas menyusulku ke masjid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar