Entri Populer

Minggu, 15 Maret 2009

KEHANCURAN GENGSI


Banyak sejarah kehidupan manusia yang membuktikan bahwa untuk mengalahkan kekuatan yang besar tidak harus dengan kekuatan yang besar juga. Di dalam Al-Quran banyak mengisahkan kehancuran bangsa-bangsa besar hanya oleh satu manusia yang lemah.

Pada kelahiran Rosulullah, Allah membuktikan kepada manusia bahwa bala tentara Abrahah yang super power hancur hanya oleh serombongan burung. Suatu yang kontras, tapi itulah kekuasaan Allah.

Kelahiran Musa, anak bani israil merupakan ancaman bagi Fir’aun. setiap bayi yang lahir pada masa itu pasti menemui kematian karena dibunuh oleh Fir’aun. Bagaimana Allah menyelamatkan bayi Musa.? Apakah Allah kirim pasukan yang kuat untuk melindungi bayi Musa dari kejaran pasukan Fir’aun.? ternyata Allah malah hantarkan bayi Musa menuju pangkuan Fir’aun. Bayi Musa pun selamat dalam lingkungan Fir’aun, padahal Fir’aun tahu bahwa Musa nanti adalah orang yang akan menghancurkannya kelak.

Imperium Mesir yang luar biasa hancur dengan kehadiran Musa. Allah tidak datangkan pasukan yang besar untuk melawan kekuasaan Fir’aun. Allah utus da’i –Nya dan kerajaan besar itupun hancur berkeping-keping.

Namrudz, pemilik kekuasaan yang ingkar kepada Allah telah hancur, bukan karena pemberontakan atau oleh serangan dari kerajaan lain. Namrudz mati oleh seekor nyamuk. Dan itulah kuasa Allah.

Jika saat ini kita membanggakan kekuasaan, kekayaan, dan segala pengaruh yang kita miliki. Mungkin saatnya bagi kita untuk hati-hati, karena gengsi kita akan Allah hancurkan dan Allah hinakan dengan sesuatu yang remeh. Mungkin kita berpikir dengan uang semua permasalahan dapat terselesaikan, tetapi banyak kasus menunjukkan bahwa dengan kekayaan yang kita miliki Allah telah hinakan seseorang.

Kita membanggakan kekayaan, dan pengaruh yang kita miliki, maka kita tidak lebih mulia dari harta dan jabatan itu. Kita merasa terpandang karena punya mobil mewah, maka sungguh nilai kita tidak lebih mahal dari mobil itu, naudzubillah.

Terus kenapa kita harus merasa lebih mulia dari orang lain.? Dan kenapa kita harus merasa menjadi golongan lebih mulia, hanya karena kita membanggakan pergaulan dengan orang-orang terpandang.?

Surabaya, 15 Maret 2009

Minggu 17:37

Tidak ada komentar: