Entri Populer

Senin, 02 Maret 2009

PRESIDEN TUKANG ANGON


Matahari belum terik benar ketika sahabatku Kebijaksanaan datang menemuiku. Sangat tepat dengan keadaanku saat ini. Aku baru saja memecat Pak Angon, bapak tua yang telah membantu menggembalakan kambing milikku, aku memecat Pak Angon, karena ia lalai sehingga satu kambing yang dipeliharanya mati.

“Kenapa harus memecat Pak Angon?” Tanya sahabatku Kebijaksanaan, dengan wajah tenang sesejuk salju.

“Aku mendapati kambingku mati, padahal aku selalu tunaikan hak-haknya, gaji dan tempat tinggal aku berikan tidak pernah terlambat. Tugasnya hanya merawat kambing-kambingku, kalau sampai mati berarti ia gagal.” Jelasku dengan nada tinggi.

“Begitulah tugas gembala, ia bertanggungjawab terhadap apa yang dipeliharanya.” Sahabatku itu menatap jauh keluar jendela, seperti berbisik ia melanjutkan kata-katanya, “begitulah seharusnya sifat seorang pemimpin.” Sahabatku berhenti sejenak, menarik napas panjang, kemudian melanjutkan kata-katanya.

“Bagaimana jika engkau digaji dengan pajak rakyat, tetapi engkau lalai sehingga satu rakyatmu di ujung pulau sana mati karena kelaparan. Siapkah kita dipecat sebagaimana Pak Angon? Satu ekor kambing mati telah menjadikannya kehilangan pekerjaanya, bagaimana dengan satu nyawa manusia yang melayang? “.

Subhanallah, Aku terdiam menatap takjub wajah sahabatku itu. Aku tidak menyangka ia akan mengupas terlalu jauh .

Diluar jendela, matahari mulai merangkak naik, cahayanya bias di dedaunan, dan aku masih terdiam beku…

Surabaya, 16 Februari 2009-17:51

Tidak ada komentar: