Entri Populer

Senin, 02 Maret 2009

MEMPERKOSA DIRI SENDIRI


Sambil menunjuk tembok pagar yang ada di depan, Mas Pengusaha bertanya kepadaku,

“Berapa jauh engkau dapat berlari mengitari lapangan? Dan berapa tinggi engkau dapat melompati pagar?”

Mas Pengusaha menatapku, kemudian meneruskan kata-katanya,

“Kira-kira njenengan bisa ndak melompat pagar setinggi dua meter itu.?”

Aku berpikir sejenak dan spontan menjawab.

“Paling jauh kira-kira sampai dua putaran mas, dan kalau disuruh melompat pagar setinggi itu kayaknya aku tidak sanggup mas.”

Mas Pengusaha tersenyum penuh arti, kemudian dia bertanya lagi,

“Bagaimana kalau njenengan dikejar anjing dan sudah kepepet, kira-kira berlari sejauh lima lapangan dan melompat pagar di depan itu bisa ndak?”

“Kalau itu lain lagi mas, namanya juga terpaksa pasti aku bisa lakukan. Lebih dari itupun aku bisa.”

“Terus kenapa tadi tidak sanggup?”

“Karena kondisinya beda, kalau terpaksa semua bisa dilakukan.”

“Berarti untuk membuat sesuatu yang luar biasa kita perlu dipaksa?”

Aku terdiam mati kutu.

“Kehidupan kita saat ini seperti sebuah perburuan, seperti macan yang berlari kencang karena mengejar mangsa atau kelinci yang juga berlari cepat karena menghindar dari pemangsa. Cuma saat ini kita tidak tahu posisi kita sebagai macan atau sebagai kelinci.?”

Bahwa untuk sukses harus ada paksaan, orang disebut berprestasi ketika ia dapat mencapai sesuatu dimana orang lain tidak mampu mencapainya. Dan kondisi seperti itu akan tercapai disaat kita mengeluarkan kemampuan lebih daripada orang lain. Sebagaimana kemampuan njenengan melompati pagar yang tinggi tadi, karena anda keluarkan tenaga ekstra.

“Kalau disuruh memilih antara macan dan kelinci njenengan pilih mana?” Tanya Mas Pengusaha kepadaku.

“Ya pilih macan mas”

“Tapi kemampuan anda tadi masih seperti kelinci, baru akan bekerja ekstra kalau sudah terdesak.

Memang jarang sekali yang berani memanfaatkan kemampuannya untuk berprestasi lebih, kita cenderung pasif. Kalau tidak ada PR tidak belajar, kalau tidak ada pekerjaan di kantor main game. Kenapa kita tidak dalam posisi aktif menyerang, kita tetap belajar walau tida ada PR, kita bisa merencanakan pekerjaan untuk hari esok seandainya hari ini tidak ada pekerjaan.

Siap kita jadi macan.?”

Surabaya, 27 Februari 2009-01:06

Tidak ada komentar: